slogan leutika prio

Entriji Torangga, Almira Arrayan, Ari Alkilary, Rhi Zhu Nee, , Rae Medina Ibrahim , Annisa Ristiana , dkk

Entriji Torangga, Almira Arrayan, Ari Alkilary, Rhi Zhu Nee, , Rae Medina Ibrahim , Annisa Ristiana , dkkE-Mail: ibnussunny[aT]yahoo.com

Biografi Penulis : Endang Gumintang, Ferdiansyah, Shirina Athifa, Rhi Zhu Nee, Ernesta Vines, Athira Anan, Izzah Smartie, Mulia Attahza, Nadia Azzahra Apok




Daftar Buku

Jumlah buku:2

1. Tiga Tangis Sejuta Bianglala
Tiga Tangis Sejuta BianglalaTiga Tangis Sejuta Bianglala, sebuah ringkasan epik perjuangan para perempuan semesta. Pengorbanan, keteguhan, perjuangan, keteladanan adalah warna yang diemban oleh karya sarat makna. Endang Gumintang dan kawan-kawan mencoba mengekspresikan seluruh kisah ringkas mereka untuk Anda. Hiduplah bersama tangis, namun bukan tangis pembawa duka, melainkan tangis pengantar bahagia, pembawa berita surga, peneduh jiwa, bersama sejuta bianglala. Selamat menikmati!

2. Hadiah Agung di Kordoba
Hadiah Agung di KordobaKordoba, Tahun 835 Masehi “Ambil pedangmu, mari kita beradu pedang! Bagiku tidak masalah, aku akan mengalahkanmu. Ini pedangku, pendek saja. Kemenangan tidak dilihat dari senjata yang bagus Leo,” tantang Umar. “Kamu pasti kalah, Mar!” Leonel sinis. “Belum tentu, mari kita coba!” Kedua bocah Kordoba ini saling membenturkan pedang mereka. Hampir setiap dua sampai tiga kali adu bentur, Umar melesatkan pedangnya ke pinggang kiri dan kanan Leo. Dominasi serangan dilakukan Umar, sementara Leonel terus melesat cepat melompat mundur sambil membungkukkan badannya. Namun akhirnya pedang panjang pun jadi tak guna. “Ahaaaa ... kamu kalah, Leo,” sorak Umar gembira. Umar tersenyum kecut. Ia menang. Tapi pada akhirnya keduanya merasa bergembira bisa bermain dengan pedang kayu mereka. Langit telah saga. Burung-burung kenari sudah kembali ke sarang-sarang mereka. Savana meredupkan hijaunya, menggelap di cela-celanya. Angin pun seakan lelah meniup, mengitari kota dengan hembusan yang seadanya. Di tengah savana itu, kedua anak 10 tahunan ini berjalan pulang dengan riang. Mereka berkarib meskipun berbeda keyakinan, antara Muslim dan Nasrani. Keduanya saling berangkulan. Dan berjanji esok akan bertemu lagi dalam sebuah persahabatan yang panjang.

Leutika Leutika