Dalam kehidupan sehari-hari, kita masih banyak mengeluh sedikit bersyukur. Sebagai “orang gajian”, kita kadang mengeluhkan gaji bulanan kita yang tiba-tiba habis. Kita juga mengeluhkan gaji bulanan kita yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

 

Mengeluh seperti itu tidak boleh karena kita akan lupa pada nikmat Allah. Apabila kita mengeluh karena gaji kita tiba-tiba habis maka itu berarti kita lupa pada apa yang sudah kita perbuat dengan gaji kita. Di satu sisi, kita mengeluhkan gaji yang sudah habis, padahal di sisi lain kita sudah bisa menggunakan gaji kita itu untuk keperluan hidup sehari-hari. Demikian pula, jika kita mengeluh karena gaji kita hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maka itu berarti kita sendiri lupa pada kemampuan ini.

 

Waspadalah dengan penyakit hati bernama banyak mengeluh sedikit bersyukur ini. Karena dari banyak mengeluh sedikit bersyukur itu, kita akan merasa kurang dan tidak bahagia. Sungguh amatlah absurd apabila ada seorang yang sudah mempunyai gaji besar, rumah, dan lainnya masih merasa kurang dan tidak bahagia. Seharusnya ketika menerima nikmat-nikmat itu semua, seseorang akan merasa kaya dan bahagia. 

 

Anda ingin terbebas dari penyakit hati seperti itu dan akhirnya bisa kaya dan bahagia? Ubahlah mindset Anda. Cobalah Anda mulai “banyak bersyukur sedikit mengeluh”. Fokus kepada kemampuan kita yang sudah bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari (need) dan hindari untuk meratapi ketamakan kita pada keinginan-keinginan (want) yang belum terpenuhi.

 

Buku Syukur Kaya Bahagia ini berisi pengalaman penulis yang telah mendapatkan kecukupan dan kebahagiaan hidup dari Allah karena bersyukur kepada-Nya. Di dalamnya ditawarkan solusi jitu agar Anda terbebas dari penyakit hati bernama banyak mengeluh sedikit bersyukur itu, dan akhirnya Anda dapat merasakan kecukupan dan kebahagiaan hidup.