slogan leutika prio

Muhammad Iqbal

Muhammad IqbalE-Mail: iqbaljatiwaringin[aT]gmail.com

Muhammad Iqbal lahir di Jakarta tahun 1986. Dia sempat jadi jurnalis lalu pindah pekerjaan di bidang IT (SAP). Tentu dia akan senang kalau ada pembaca yang mengajak ngobrol di email iqbaljatiwaringin@gmail.com atau Instagram iqbal.hasby




Daftar Buku

Jumlah buku:3

1. Keliling Asia Tenggara Luar Dalam
Keliling Asia Tenggara Luar DalamCutinya di-approve selama satu bulan! Jarang-jarang karyawan bisa cuti sebulan penuh tanpa diganggu kerjaan sama sekali. Dia menggunakan waktu cuti itu untuk keliling beberapa negara Asia Tenggara: Malaysia, Singapura, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Laos. Buku ini menceritakan sebagian besar dari perjalanan itu. Ternyata, tidak sulit untuk bisa keliling negara orang sendirian di zaman sekarang, asal punya jaringan yang bagus untuk bisa akses Google Maps! Tidak perlu lancar-lancar amat Bahasa Inggris-nya karena ada Googe Translate! Toh, orang sana juga banyak yang tidak bisa Bahasa Inggris. Perjalanan selama sebulan ke enam negara itu, tidak sampai Rp20 juta. Terinci ada dalam buku ini. Banyak pengalaman menarik yang bisa berbeda tiap kota: ramainya orang Indonesia di KL, banyaknya burung gagak di Melaka, disandera imigrasi Singapura 18 kali, ketemu teman kamar hostel dengan tato sebadan-badan waktu di Hatyai, ketemu ganja legal di Thailand, bisa pakai tiga mata uang di Poipet, kagok dengan jalan di kanan dan setir di kiri mobil, dapat cerita gimana Vietnam bisa kalahkan Amerika, susahnya cari makanan halal, ketemu orang Indonesia yang jaga hostel di Vientiane, dan masih banyak lagi. Rencana ke Myanmar dicoret karena masih ada konflik internal. Buku ini menarik karena penulis mendeskripsikan apa yang dialaminya dalam perjalanan, sehingga pembaca seakan-akan ikut dalam perjalanan. Hal serupa pernah dilakukan penulis, jalan-jalan keliling Sumatera selama tiga bulan, yaitu tahun 2012. Catatan perjalanannya diabadikan dalam buku

2. Keliling Gegunungan Luar Dalam
Keliling Gegunungan Luar DalamIni adalah catatan perjalanan seorang karyawan biasa dalam mendaki gunung. Dia menggunakan waktu weekend atau waktu cutinya untuk mendaki. Sepanjang 2022, sebanyak 19 gunung didakinya. Buku ini menceritakan sebagian besar dari perjalanan itu. Banyak profesi dan karakter yang dia temui. Ada dokter, pengacara, perawat, arsitek, pramusaji, tukang nasi goreng, tukang ojeg, juru ukur tanah, pengangguran sukses, mahasiswa, siswa, pemain sinetron, pustakawan, instruktur yoga, wah macam-macam deh. Kalau karyawan kantoran mah ya banyak banget. Juga pengalaman menarik yang bisa berbeda tiap gunung: Ojeg Sumbing dengan penumpang di depan, porter Rinjani dengan pikulan dan sandal jepitnya, rantai ban ojeg Argopuro, macetnya jalur pendakian Gede, babi ganas (bagas) Ciremai, perosotan di jalur Burangrang, dan masih banyak lagi. Buku ini menarik karena penulis mendeskripsikan apa yang dialaminya dalam perjalanan, sehingga pembaca seakan-akan ikut dalam perjalanan. Hal serupa pernah dilakukan penulis, jalan-jalan keliling Sumatera selama tiga bulan, yaitu tahun 2012. Catatan perjalanannya diabadikan dalam buku

3. Keliling Nusa Tenggara Luar Dalam
Keliling Nusa Tenggara Luar DalamIni adalah catatan perjalanan seorang karyawan yang memilih untuk tidak bekerja sementara, demi bisa fokus jalan-jalan. Sepanjang April 2019 dia jalan-jalan keliling Nusa Tenggara. Kebanyakan orang hanya mengenal Lombok dan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata di Nusa Tenggara. Tapi sebetulnya masih banyak yang bisa dieksplor, misalnya Pulau Bungin di Sumbawa yang digadang-gadang sebagai pulau terpadat di dunia. Pulau Moyo yang begitu dijaga alamnya oleh penduduk lokal, sehingga pendatang yang berniat merusak, akan disuruh pulang. Tidak sedikit pantai yang kalau kita ke sana, seperti bukan di Indonesia, karena justru lebih banyak bulenya daripada orang Indonesia. Setidaknya ada pantai di trio Gili di Lombok, Pantai Lakey, Pantai Kuta, dan Pantai Selong Belanak. Dalam perjalanannya, penulis menemukan banyak hal di luar dugaan, seperti tiadanya makanan bertarif lokal di Moni (desa sebelum Danau Kelimutu), mahalnya tiket masuk Pulau Rinca yang dikenakan ke bule, ramainya bule dari satu dunia di Gili Trawangan, murahnya harga ikan di Solor, timpangnya kehidupan warga di Timor Leste dibanding di Atambua. Dan seterusnya.... Buku ini menarik karena penulis mendeskripsikan apa yang dialaminya dalam perjalanan, sehingga pembaca seakan-akan ikut dalam perjalanan. Hal serupa pernah dilakukan penulis, jalan-jalan keliling Sumatera selama tiga bulan, yaitu tahun 2012. Catatan perjalanannya diabadikan dalam buku

Leutika Leutika