“Buka tangannya,” eh dia malah merentangkan tangan. “Bukan gitu! Kaya mau berdoa!” Eh dia malah mau berdoa beneran. Tangannya turun dan diletakkan di atas kaki sambil telapak tangannya terbuka seperti berdoa.

“Bukan! Seperti kamu mau masang bendera. Yang kaya bawa bendera gitu!” Dia membuka tangannya dan kali ini benar. Aku taruh kotak kado buatanku dan dia merabanya.

Oke selamat ulang tahun, sayang…. Meski masih bulan depan. Nggak apa-apa kan? Kita rayakan bareng-bareng.” Dia masih terpejam sambil meraba kotaknya. Haduh Ndudku…, kenapa nggak sekalian kamu tutup mata terus kejar aku sampai dapet? Mau main sembunyi-sembuyian? Aku tinggal sembunyi beneran bingung kamu nanti.

“Sudah selesai! Buka matanya! Sekarang lihat dong,” dia masih terpejam. Dan pelan-pelan membuka matanya. Persis seperti sinetron yang baru oprasi mata dan ketika perban dibuka, matanya dibuka pelaaaan sekali. Seperti itulah kira-kira. Tapi ini bukan sinetron. Dia buka kotak kadonya dan dia senang. “Wah, bagus, Mbem.