Khusyuknya ia bercinta dengan Tuhan saat iktikaf di dalam gedung karaoke ala kaum muslim. Ia tunjukkan cintanya pada Tuhan lewat senandung tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir. Ia nikmati setiap embusan napas hangatnya.

 

“Allahu Akbar… Allaaa…hu Akbar…,” azan mengetuk katup matanya yang keriput dan berselaput bulu mata yang mulai memusam. Ia sahut setiap panggilan azan yang merayu hatinya untuk berpesta akbar bersama-sama dengan kaum muslim yang mulai memadati gedung diskotik Tuhan. Ia selalu bersikap ramah saat ada salah seorang yang meminta berjabat tangan dengannya. Ketenangan yang syahdu dan sejuk melihat wajahnya. Kerutan wajahnya tidak ia tampakkan. Di kala khatib memberi sambutan atas acara pesta akbar ini, ia pahami kalimat demi kalimat. Bulu matanya tidak saling menyulam seperti orang-orang yang kelelahan mendengarkan sambutan dari sang khatib di sampingnya. 

 

 Di atas adalah penggalan cerita yang ditulis oleh Imam MJ berjudul Sujud itu menghantarkannya. Cerita yang mengalir bernuansa mistisme bukan milik Imam MJ saja, dalam buku ini terdapat dua cerpenis lagi yang memiliki jalan cerita yang bernuansa mistisme, idealisme, surealisme, romatisme, simbolis, dan lain-lain yang semuanya dikemas dalam kemasan cerita yang empuk dan manis untuk dinikmati oleh para penikmat sastra oleh Ceng Ahmar Syamsi dan Eka Putri Hapsari.