"Surat-surat Djokokororet kepada 'Dik' dan 'Bunda' dalam buku ini pada mulanya akan membawa imajinasi pembaca pada kesendirian seorang lelaki yang berada jauh dari orang-orang yang dicintainya. Ungkapan-ungkapan liris dan lirih, Djoko adalah ekspresi solilokui yang menyemburkan getir hati tersebab samudra rindu yang terus bergejolak. Akan tetapi begitu pembaca larut dalam kelebatan pikiran Djoko lebih dalam, terpaparlah bahwa surat-surat itu memiliki spektrum keprihatinan lebih luas dari sekadar kerinduan. Keprihatinan itu melingkupi praktik lancung bernegara, konsumerisme demokrasi, dominasi infotainment di layar televisi, sampai kasus penggantungan Saddam Hussein yang membuat Djokokororet bingung: adakah Saddam seorang pahlawan atau penjahat yang sedang diadili penjahat lain yang lebih besar? Ahmad Fuady, seorang dokter, yang memberondongkan kegelisahan (sebagian) pikirannya melalui surat-surat Djokokororet itu, eloknya dengan piawai membalut setiap topik dengan referensi rabbaniyah dari khazanah Islam, sehingga setiap surat tidak hanya memiliki dimensi horizontal kemanusiaan, melainkan juga memiliki tautan dimensi vertikal. Sebuah buku yang membawa pembaca untuk melihat sisi-sisi lain kehidupan secara inspiratif.” 

 

Akmal Nassery Basral 

Penulis novel Sang Pencerah dan Tadarus Cinta Buya Pujangga