Sejak menjadi perancang top sandal jepit, hari-hari Jean makin sibuk. Mulai dari sekolah, les ini itu, ke pabrik sandal jepit dan lain sebagainya. Semua itu sungguh menguras tenaga dan pikiran Jean. Bersama Cita, sahabat lamanya yang sama-sama ngocol, hidup Jean selalu ceria. Penuh gelak tawa dan canda. Tapi entah kenapa, Jean tetap saja merasa kesepian.

 

Dia kerap ingat Leon yang pergi begitu saja dan berpacaran dengan sepupu Cita. Jean lalu bertekad akan menghapus nama Leon dari hatinya. Jadian dengan Koko nggak membuatnya hepi. Sampai kemudian ia terpikat pada cowok misterius yang sering mengiriminya sandal jepit unik en kerenz. Lalu ada Zainal juga yang bikin Jean kesemsem setengah mati sama mata lembutnya. Padahal, semua orang tahu, Jean pun tahu, kalo Zainal itu cuma...cuma...orang gilaaaaaaa...! Edan! tapi Jean nggak peduli. Buat dia, Zainal itu nggak gila, cuma sedikit aneh aja. Jean kini paham, kalo cinta itu memang tiada bermata.