Ahza Aisy Syandana. Bungsu dari tiga bersaudara. Mana yang lebih penting bagi seorang pemuda. Pendidikan, kisah cinta, atau keluarga? Tak pernah terpikir olehku. Perbedaan pendapat membuat hubunganku dengan Ayah menjadi tak sehangat dulu. Penolakan pendidikan kaligrafiku. Apa yang harus aku lakukan? Hingga pada akhirnya, hati ini lebih memilih untuk mengikuti jejak-jejak takdir yang memang telah ditulis Allah. Hingga suatu hari, di dalam perpustakaan sekolah, tanpa hati ini yang pernah menduga sekalipun, seorang wanita datang menghampiriku. Dan, saat itulah entah kenapa, hati ini mulai merasakan yang namanya jatuh cinta. Gejolak cinta menggebu-gebu tanpa dapat diriku kontrol. 

 

Kisah ini juga memaparkan lika liku kehidupan seorang pemuda tanggung. Konflik hubungan antara anak dan ayah, konflik antara sahabat, konflik antara mencintai satu wanita yang sama, bahkan konflik yang terkadang dapat menguras air mata. Hingga pada akhirnya. Satu kata yang kuharapakan darinya, terucap,  “Ya…!” Kata yang telah lama aku harapkan. Dan, saat penantian kata-kata inilah berbagai konflik terjadi. Lagi, lagi, dan lagi. Pada sisi lain, perpisahan memanglah tak dapat dielakkan. Awalnya memang sulit untuk mendapatkan izin dari Annisa. Namun, terkadang Allah itu memanglah Mahabaik. Tepat satu jam sebelum keberangkatanku, dengan hati yang tulus dan lembut selembut awan putih ia memberikan izin. Aku tahu, jika kita memang serius dengan cinta kita maka yang pertama adalah pengorbanan dan yang kedua adalah keberanian.