Perempuan dengan rambut lurus sepunggung dan bekas jerawat kecil di sebelah kanan batang hidungnya yang mancung itu dipanggil Perempuan Pemahat Rindu. Bulu matanya lentik. Tingginya semampai. Bibirnya memerah. Istimewa.

Panggilan itu disandangkan karena kebiasaannya memahat sesuatu yang disebutnya sebagai rindu. Ia memahat rindu dengan segenap rasa. Memolesnya dengan senyum dan air mata. Harapan, impian, kecemasan, galau, dan gelisah, juga telah dibalurkan olehnya sampai semua bersulaman dalam jejalin makna.

Suatu ketika, ia bertemu dengan seseorang yang dipanggilnya Pemuda Penyulam Mimpi. Keduanya mengurai kisah penuh rindu, penuh pilu. Nyaris dalam setiap helaan napas mereka tersimpan gumpalan rasa. Sampai suatu ketika, kenyataan memaksa mereka untuk memeram semua rindunya. Sebab ada rindu yang lain, yang meliuk di antara jalinan rindu mereka. Rindu yang sebenarnya. Rindu yang lebih nyata.

Lalu bagaimana hati bisa menentukan rindu yang sesungguhnya?

Rindu yang putih. Rindu yang tak ternoda oleh apa pun.

Temukan jawabannya dalam kumpulan cerpen ini. Sembilan cerpen garapan penulis muda dari tanah garam ini berkisah tentang rindu. Mulai dari rindu yang berbuah senyum sampai rindu yang berbalur pilu. Berbagai kisah unik tentang rindu yang terkadang membuat kita tersenyum sekaligus mengurai air mata haru tersaji dalam kumpulan cerpen Perempuan Pemahat Rindu ini. Tidak hanya itu, kita juga akan disuguhi kisah tragis tentang perjuangan seseorang untuk mempertahankan rindunya.

Akankah berhasil?

Selamat membaca.