slogan leutika prio

Mirza Ghulam Ahmad, dkk

Mirza Ghulam Ahmad, dkkE-Mail: mirzaa0404[aT]yahoo.com

Mirza Ghulam Ahmad (My-Ink) Dosen Sosiologi Sastra dan mahasiswa kelas R4E Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Indraprasta PGRI Jakarta angkatan 2011




Daftar Buku

Jumlah buku:10

6. Teka-Teki Pagi Pesona Mimpi
Teka-Teki Pagi Pesona MimpiAku hanyalah seorang wanita yang tidak memiliki siapa-siapa dan sudah difonis oleh dokter tidak akan hidup lama. Aku hanyalah seorang wanita yang memiliki penyakit kanker darah. Aku cinta kau Dzeko dan tentu aku cinta City gadis manisku. Tuhan jaga cinta mereka. Air mataku jatuh berlinang, terasa jutaan tombak menancap dalam hatiku setelah membacanya. Ternyata begitu berat hidupnya dan aku hanya menambah beban dalam hidupnya. Lalu tiba-tiba terdengar seseorang membuka kunci rumah. Aku tahu itu pasti dia tante, yang datang. Ketika pintu itu terbuka kulihat tubuh itu, tubuh yang penuh dengan beban, beban karenaku, tetapi tetap sangat mencintaiku. Kupeluk tante erat-erat, lalu kubisikan padanya.

7. Prasasti Sepertiga Malam
Prasasti Sepertiga MalamBismillah, aku bertekat untuk amalkan ilmuku, bahagiakan Umiku. Allah masih memberikan aku waktu untuk itu. Selama ini kukejar karomah di mana-mana, kucari orang-orang sholeh untuk tenangkan jiwa. Namun, kini tetanggaku, sahabatku saudaraku berdatangan menjengukku, mendoakanku, memberikan sebagian rejekinya bagiku dan mereka juga orang-orang sholeh.

8. Merombak Senja
Merombak Senja“Kakak kuliah di sini?” tanyanya kemudian. “He’em” kuanggukkan kepalaku. “Jadi orang kuliah enak gak Kak?” sesaat aku terpana mendengar pertanyaan Bayu. Bagiku kuliah itu pusing. Tugas yang terus menumpuk. Tetapi, tidak mungkin aku menjawab pertanyaan Bayu sejujur itu. Aku memutar otak mencari jawaban sekiranya Bayu mengerti. “Kuliah ya ada enaknya, ada juga tidak enaknya.” “Gak enaknya apa Kak?” tanyanya penuh rasa ingin tahu. “Ga enaknya ya kalau tugas lagi numpuk.” jawabku sekenanya. Bayu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. “Kalau kuliah mahal gak Kak bayarnya?” “Ya sedikit mahal.” “Kalau udah gede Bayu juga pengen kuliah. Tapi Emak gak punya uang. Kata Emak, kalau Bayu pengen kuliah, Bayu harus jadi anak pinter dulu. Kalau Bayu pinter kan Pak Presiden pasti mau bayarin kuliah Bayu. Kalau udah kuliah kan Bayu bisa jadi pilot. Bener gak Kak?” Rasanya aku seperti tersengat listrik dengan daya berjuta-juta watt mendengar celotehan Bayu. Aku bingung harus menjawab apa. “Iya… Emak Bayu benar. Kalau Bayu mau kuliah dan jadi pilot, Bayu harus pinter dulu.” “Tapi gimana mau pinter, tiap pulang sekolah Bayu harus cari rongsok. Habis magrib baru pulang. Kalau abis nyari rongsok Bayu capek. Bayu kan gak ada waktu belajar.” Ada rasa putus asa menyelimuti wajahnya.

9. Benang-Benang Fajar
Benang-Benang FajarRasa nyeri mulai mengrogoti kakiku. Aku duduk tersimpuh memeluk erat kedua kakiku berharap rasa sakit ini menghilang. Bibir bawah kugigit begitu keras untuk menahan sakit. Namun, cacing-cacing di perut teriak seolah tak mau kalah dari gemuruh hujan dan gelegar halilintar. Kini kujatuh terbaring masih memeluk erat kedua kakiku, bunga mimpi merekah mungkin segar karena tersiram air hujan. Lalu terlintas bayang istri dan anakku. Bukan memanggil tapi seolah berteriak begitu senang melihatku menderita dalam sakit ini. Bayangan ketiga datang dengan muka yang garang, parasnya tak terlihat. Langkahnya begitu sunyi, ia tak berteriak seperti anak dan istriku tadi. Sepertinya bayangan ketiga ini sopan mungkin beradab jauh lebih beradab dari diriku. Dia semakin mendekati diriku tanpa suara, tapi, tapi dia membawa tombak yang begitu mengkilat dan “ahhhhhhhhhhhhhhhhhh”.

10. Senandung Harapan Kunang-Kunang
Senandung Harapan Kunang-Kunang “Malam senantiasa memberiku makna akan artinya hidup. Malamku teruntuk malam-Mu, malamku untuk merenungi kisahku”. (Hilda Hilaliyah, M.Pd., Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia)   “Cerpen ini membuat saya sadar akan keajaiban-keajaiban di kala malam, malam senang, sedih, dan sendu kumpul meluap melontarkan kata-kata indah, sungguh malam-malammu menjadi saksi dan penuh arti”. (Azhari Ikhwati, S.Si., Aktivis dan Pengajar)     “Cerita yang dituangkan menjadikan malam tidak hitam tetapi penuh dengan perhiasan sesuai dengan judul cerpen ini Senandung Harapan Kunang-Kunang, dahsyat sekali jadi tidak sabar menunggu datangnya malam ini.” (Siti Muharomah, S.Pd., Pemerhati Sastra dan Guru Seni)      


Sebelumnnya [1] [2] Selanjutnya
Leutika Leutika