slogan leutika prio

Christie Damayanti

Christie DamayantiE-Mail: christie.suharto[aT]yahoo.com

Seorang stroke & cancer survivor, arsitek, motivator, filateli dan pemerhati Jakarta. Terus berkarya walau dalam keterbatasan sebagai insan pasca stroke dengan lumpuh ˝ tubuh sebelah kanan.




Daftar Buku

Jumlah buku:55

1. Mengungkap Flores - Cerita Perjalanan tentang Pariwisata, Budaya & Kepedulian Sosial
Mengungkap Flores - Cerita Perjalanan tentang Pariwisata, Budaya & Kepedulian SosialSepertinya, tidak akan pernah habis jika kita bicara tentang budaya, adat, serta keindahan alam Pulau Flores ini. Bahkan, jika kita mau telurusi kampung adat demi kampung adat di sana, untuk Kabupaten Nagekeo saja terdapat 128 kampung adat dengan berbagai suku dan budaya serta adatnya masing-masing, bagaimana dengan seluruh Pulau Flores? Belum lagi tentang titik-titik wisatanya mungkin bisa dibilang masih “setengah perawan”, yang belum diolah apalagi dibangun untuk objek wisata dalam dan luar negeri, berapa besar “harta karun” Indonesia, hanya di Pulau Flores saja? Apalagi bicara tentang keindahan alamnya yang sangat damai, tenang, dan bersahaja. Buku ini hanya bercerita tentang sebagian saja wajah Pulau Flores. Hanya 1 minggu kami mengeksplore di sana, tetapi jika kami diberi kesempatan 1 bulan, mungkin bisa berkali lipat cerita-cerita yang akan ada dalam beberapa buku, dan bisa menjadi dokumen dan bahan literasi bagi warga di sana serta bagi wisatawan yang juga datang ke sana. Sebuah pulau bunga yang harum dan wangi, untuk menambahkan “koleksi harta karun” Indonesia, sebagai bagian dari warisan dunia..

2. Kehidupan Purba 1.200 Tahun Kampung Adat BENA Tertua di Flores dari Zaman Megalitikum
Kehidupan Purba 1.200 Tahun  Kampung Adat BENA Tertua di Flores dari Zaman MegalitikumKetika setelah aku menjalani traveling ke Kampung Adat Bena serta menyusuri sebagian Pulau Flores ini, aku mendapatkan jawaban dari sebuah pertanyaanku tentang perjuangan dan merawat kehidupan. Karena, keadaanku yang sangat terbatas ini, kadang kala aku susah sekali untuk terus berjuang, untuk masa depanku. Tetapi ternyata, kehidupan masyarakat purba Kampung Adat Bena yang sudah berumur lebih dari 1.200 tahun lalu, sangat intens untuk merawat dan memperjuangkan masyarakatnya untuk tetap hidup dalam kebersahajaannya, bukan semata-mata saat ini adalah masa-masa modern dan mereka menjadi masyarakat yang modern. Semuanya berawal dari keluhuran jiwa masyarakat purba, dan jika kita amati dengan seaksama, kebersahajaan merekalah yang mampu membawa kehidupan kita di zaman modern itu, bisa survive. Mereka hidup dengan sederhana dan damai dalam 9 suku yang tinggal di sana di 45 rumah-rumah adat mereka. Sungguh sikap yang sederhana dan sangat bersahaja, juga ketika mereka menyambut kami dari Jakarta yang excited banyak bertanya dan mereka menjawabnya dengan senyum hormat. Belajarlah kita lewat kehidupan mereka yang tenang dan damai.

3. Negeri Antah Berantah Kampung Adat Nunungongo Kampung Purba Suku Rendu
Negeri Antah Berantah  Kampung Adat Nunungongo Kampung Purba Suku Rendu“Cerita” tentang Kampung Adat Nunungongo ini akan memberikan banyak dampak, bagi Indonesia dan bagi dunia, jika kita benar-benar ingin mencoba untuk melestarikan kehidupan purba Kampung Adat Nunungongo ini. Dan bagiku sendiri, Kampung Adat Nunungongo ini, memberikan dampak luar biasa untukku! Bukan hanya sebuah kenyataan yang memberikan banyak inspirasi untukku saja sampai-sampai aku fokus sekali untuk menuliskannya secara detail, tetapi aku justru ingin sekali menuliskan banyak kampung adat.

4. CERITAKU TENTANG PENANG ( Festival Kue Bulan di Sungai Petani)
CERITAKU TENTANG PENANG ( Festival Kue Bulan di Sungai Petani)Dari ceritaku sejak awal sampai saat terakhir ini tentang Penang, apa yang akan aku tuliskan sebagai penutup? Pertama, bahwa Peang memang sebuah kota yang bagiku merupakan tempat pemenuhan ekspresiku tentang sebuah sahabat dan keluarga. Bahwa, Leong Khong Ming, memang awalnya hanya bertemu sekedarnya di Jakarta di dunia filateli. TEtapi, dari dialah aku mempunyai keluarga baru di Penang dan Sungai Petani, Kedah, Leong Khong Ming, menjadi kepanjangan Tangan Tuhan sebagai sahabat dan keluarga bagiku, Ketika aku melawat ke Pengan dan Sungai Kedah, dimana saat itu aku memang sedang galau tentang kesendirianku sebagai seorang perempuan setengah baya tanpa keluarga bahkan anak2ku tidak ada di sekelilingku. Walau imi hanya sekedar ceritaku yang hanya 9 hari disana tetapi sudah cukup membuktikan tentang bagaimana Penang tidak membuat aku ingin datang lagi, jika pelayanan warganya cukup buruk untukku ….. Mungkin, ceritaku ini lebay bagi pembaca tetapi sangat mendalam untukku. Karena, tulisan2ku di mana2 dan di berbagai buku2ku tentang wisata adalah sebuah cerita yang aku alami sendiri sebagai seorang perempuan separuh baya dengan kursi roda ajaibku, berkeliling dunia untuk membuktikan banyak hal. Salah satunya adalah traveling ke Penang yang membuat aku sadar bahwa dunia meamng Sebagian masih belum ramah tentang kepedulian dan disabilitas dan prioritas, dan Sebagian lagi aku juga bisa membuktikan bagaimana mereka sangat ramah dan membuat aku betah untuk Kembali lagi kesana …… Penang, Kenangan terbesarku selama aku disana adalah kehidupanku Bersama keluarga besar Leong Khong Mimg. Penyambutan dan pelayanan mereka, memberikan kenyamanan dan kebahagiaan ku sebagai tamu asing, dari negeri tetangga …

5. SINGAPORE Ketika Metropolitan itu Peduli (Arsitektur,Perencanaan Kota & Peduli Disabilitas)
SINGAPORE Ketika Metropolitan itu Peduli  (Arsitektur,Perencanaan Kota & Peduli Disabilitas)Setelah 2 tahun pandemic mulai berangsur melemah, aku siap traveling lagi keliling dunia lagi. Salah satunya dan pertama kali aku terbang ke luar negeri setelah pandemic adalah ke Singapore. Terima kasih sekali tuhan Yesusku, ketika selama pandemic ini aku tetap dan selallu sehat, karena Tuhan selalu melindungiku, sehingga aku mampu melewati masa2 sulit dunia melawan pandemic, juga untukku. Lalu, aku memikirkan bagaimana jika Singapore justru membuat aku sakit, tetapi justru negeri singa ini membuat aku sehat dan excited, bersama dengan Tuhan Yesusku untuk melakukan sebuah mimpi besarku untuk menuliskan beberapa buku bertema “Disabilitas di 4 Benua”, dan ini dimulai dengan Indonesia dan Singapore. Terima kasih juga, ketika perjalananku ke Singapore untuk survey disabilitapun, memberikan dampak2 positif bagi Indonesia, dan Tuhan pun memberikan seorang “malaikat plindung” untukku, yang selalu membantuku sampai sedetail2n ya di Singapore. Terima kasih sekali untuk mas Kardy Chiu, seorang malaikat pelindung yang diberikan Tuhan untukku selama aku berada di negeri cantik tersebut. Dan dalam hitungan beberapa bulan, sebuah buku baru bertema Singapore, Arsitektur dan Disabilitas ini, berhasil diterbitkan! Puji Tuhan Semesta Alam …… Semoga buku ini memberikan inspirasi bagi banyak orang tentang sbuah kehidupan yang mempunyai banyak jenis manusia, dan kita semua mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai warga Negara, dan itulah yang aku mau angkat, salah satunya dalam buku ini tentang disabilitas ……


Leutika Leutika